Oleh: Dr. Azi Ahmad Tajudin, S.HI., M.Ag.
(Mudir Ma’had Uswatun Hasanah Purwakarta)
Para pembaca yang dirahmaati Allah Subhânahu watâ’lâ, alhamdulillah dengan izin Allah sampai detik ini kita masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Pertemuan kita dengan bulan Ramdhan tahun ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Bulan Ramadhan merupakan bulan harapan sekaligus perubahan bagi hamba-hamba yang beriman. Harapan menuju perubahan yang lebih baik agar menjadi orang yang bertakwa, itulah pesan utama pelaksanaan ibadah shaum di Bulan Ramadhan.
Kalimat “agar kalian bertakwa” (la’allakum tataqûn), harus difahami sebagai konsep kehidupan, artinya bahwa hakikat hidup adalah harapan dan perubahan menuju arah yang lebih baik.
Menurut gramatika bahasa arab, frase la’alla bermakna harapan yang mungkin terjadi (li al-Tarâjîy). Hal ini menunjukkan bahwa roda kehidupan bagi seorang mukmin adalah rangkaian harapan-harapan yang harus senantiasa diwujudkan demi meraih kehiduapan yang lebih baik, sebagai bekal kehidupan di masa depan yang kekal abadi, dan itulah kampung akhirat.
Jika kita membaca ayat kewajiban puasa Ramadhan dalam prespektif li al-Tarâjîy, maka sesungguhnya ayat-ayat al-Qur’an selalu memberikan sikap optimis bagi seorang mukmin untuk senantiasa bersikap dinamis menuju perubahan positif yang lebih baik melalui pelaksanaan ibadah shaum dan ibadah-ibadah lainnya. Hal ini terlihat dari penggunaan kalimat harapan dalam setiap ayat al-Qur’an, lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kalimat angan-angan yang tidak mungkin terjadi (layta-al-Tamannîy).
Sehingga dengan kehadiran bulan Ramadhan setiap tahun, Allah SWT ingin menegaskan bahwa sesungguhnya peluang-peluang amal saleh dan pintu taubat selalu terbuka bagi hamba-Nya, selama ia mau berusaha memanfaatkan momentum itu sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hingga harapan itu menjelma seperti hilangnya kegelapan malam diterpa cahaya matahari yang terbit di pagi hingga menyinari bumi ini dengan sempurna.
Marilah kita jadikan momentum bulan Ramadhan tahun ini sebagai media untuk meraih predikat hamba-hamba yang dicintai Allah (‘Ibâd al-Rahmân), dengan berusaha untuk senantiasa menanggalkan sifat-sifat kesombongan pada diri kita, bersikap sabar dan menghidari setiap celaan orang bodoh yang akan melahirkan konflik, meminta agar terhindar dari siksa nerakan jahannam yang sangat membinasakan, membelanjakan harta di jalan Allah dengan cukup dan seimbang antara yang dihasilkan dengan yang diinfakkan, menghidupkan setiap malam-malam bulan Ramadhan dengan bersujud memintakan ampunan Allah SWT.
Wallahu A’lam bi al-Shawâb.