11 Mar 2016

Memetik Hikmah Dibalik Solar Eclipse

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak pula karena kelahirannya, maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

-==-

9 Maret 2016 menjadi salah satu momen berharga bagi negeri ini, karena fenomena alam langka yang terjadi belasan bahkan puluhan tahun sekali telah terjadi saat itu. Iya, gerhana matahari atau solar eclipse telah terjadi, setelah fenomena alam yang sama terjadi terakhir kali pada tahun 1983 (mohon koreksinya apabila di bagian ini penulis keliru).

14 abad yang lalu, panutan kita -- yakni Rasulullah saw-- memberi pedoman kepada umat Islam untuk menunaikkan salah satu syariatnya sebagai bentuk ketaqwaan kita kepada Rabb Sang Pencipta semesta alam, yakni menunaikkan shalat sunnah gerhana.

لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ

Ketika matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil shalat dengan lafaz: As-shalatu jamiah. (HR. Bukhari).

Allah SWT sangat mampu untuk mengubah tatanan alam yang terjadi saat ini, dari ciptaan-Nya yang terkecil sampai yang terbesar, bahkan bisa saja Allah menjatuhkan azab bagi manusia yang lalai mengingatNya. Bahkan bukan hal mustahil bagi Allah apabila saat itu menjadi awal dari kiamat, ketika matahari secara tiba-tiba berbalik arah terbit menjadi dari barat ke timur setelah fase gerhana matahari total terlewati. Na'udzubillah...

Inilah salah satu sebab kaum Muslimin disyariatkan untuk menunaikkan shalat gerhana. Alhamdulillah, pondok kami saat itu ikut berpartisipasi menyelenggarakan shalat sunnah gerhana sekaligus dauroh sebagai bagian dari syi'ar kepada masyarakat sekitar pondok secara umum dan pelajaran kehidupan yang berharga bagi para santri kami secara khusus.





H. Azi Ahmad Tajudin saat memberikan taushiyah

Kegiatan ini diselenggarakan sejak pukul 06.30 WIB, sampai selesai pukul 08.00 WIB.

Walaupun demikian, diluar sana masih ada saudara-saudara kita yang belum menyadari hal tersebut. Cukup banyak pemberitaan media digital yang mengungkap tidak sedikit warga yang "memanfaatkan" momen ini sebagai ajang untuk bersenang-senang dan menganggapnya sebagai fenomena alam biasa, bahkan tidak memetik pelajaran apapun dari peristiwa ini. Ada pula yang memanfaatkannya dalam rangka kemusyrikan yang jelas-jelas Allah murka terhadap perbuatan tersebut.

Sehingga, inilah yang membuat kita perlu untuk saling mengingatkan dengan lisan, pikiran dan perbuatan kita. Hal ini dilakukan semata-mata karena memohon ridha dan ampunan dari Allah agar Dia senantiasa memberi kita hidayah dan keberkahan. Tak ada yang lebih baik dan lebih lezat di dunia ini selain keridha-an dari-Nya, agar kita semua mampu menggapai jannah-Nya.

Kita berharap agar Allah SWT tidak menjatuhkan azab yang pedih akibat kelalaian kita memetik hikmah dari peristiwa langka tersebut. Justru kita berharap agar umat Muslim selalu diberikan hidayah, ampunan dan diberi keberkahan dari bumi dan langit oleh Allah 'Azza wa Jalla. Dan kita selaku umat Muslim mau dan berkenan untuk menjalankan syariat-syariat Allah dengan ikhlas dan penuh kesadaran dengan tujuan utama yakni menggapai ridha-Nya. Amiin ya Rabbal 'aalamiin.

Wallahu a'lam bi ash-shawaab.
Disqus Comments