22 Apr 2016

Panen Pengalaman dalam ajang Camp Dai Muda V (part-1)

Beberapa utusan santri dari ma'had kami mengikuti Camp Dai Muda yang ke-5, kegiatan ini diselenggarakan di Nurul Fikri Boarding School Lembang.

Tulisan "Camp Dai Muda V" di gerbang utama

dari kiri ke kanan: Gibran, Rozaq, Habib, Taufiq, Aziz dan Sulthon

Santri putra yang diutus diantaranya: Gibran (1KMI/7MTs), Habib (2KMI/8MTs), Aziz (2KMI/8MTs), Sulthon (4KMI/10MA), Rozaq (5KMI/11MA) dan Taufiq (5KMI/11MA).

Ajang lomba yang diadakan cukup banyak, dan kegiatan tersebut diadakan sejak tanggal 22-24 April 2016. Ajang yang diikuti oleh utusan santri kami diantaranya Orasi, Muhadloroh, MHQ dan Rangking 1 (semacam Cerdas Cermat).

Insya Allah tulisan ini akan di-update secara berkala.

Kamis, 21 April 2016

Pukul 17.00 WIB kami sampai di lokasi. Berangkat dari Purwakarta pukul 14.00 WIB. Suasana mendung mengiringi perjalanan kami. Alhamdulillah, kami bisa sampai ke tujuan dengan selamat, alhamdulillah. Sebenarnya, rombongan kami pun ada dari para santri putrinya. Namun kegiatan yang mereka ikuti berbeda dengan yang putra, namanya Camp for Moslema Teens (CMT) 4. Barangkali tulisan mengenai CMT4 akan dimuat dalam tulisan tersendiri.

Saat sampai, kami memasuki kawasan masjid dan selama 4 hari kami akan tinggal disana, bersama dengan ratusan peserta dari sekolah dan pesantren lain se Indonesia dan se-Asia Tenggara.

Shalat Maghrib dan Isya kami tunaikan di masjid setempat, tentunya tiba saat istirahat ba'da Isya. Kebetulan pembimbing rombongan membawa notebook untuk keperluan darurat. Saat itu para santri kami ingin mencari referensi mengenai orasi. Ketika sedang serius mencari, tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi kami dan berkata, "Yey. Yang lain mah pada ngapalin, Ngapain ini malah pada nonton..."

Entah karena tidak kenal, yang menegur kami langsung malu dan berlalu begitu saja. Kami kira yang menegur adalah panitia. Ternyata bukan, melainkan salah satu peserta yang kebetulan bersebelahan dengan rombongan santri kami. Didalam hati, kami hanya bisa tersenyum dengan sedikit kesalahpahaman tersebut.

Jum'at, 22 April 2016

Saat Shubuh kami disambut dengan hawa dingin yang membuat kami menggigil. Suhu tertinggi di Bandung adalah suhu terendah di Purwakarta. Shalat Shubuh di masjid setempat dipenuhi oleh peserta dan juga para santri setempat.

Setelah itu, kegiatan santri setempat adalah membaca al-Ma'tsurat. Dan setelahnya sesi bebas sampai sebelum Shalat Jumat....

note: tulisan ini akan dilanjutkan malam ini.
Disqus Comments