Pada 3 Maret pukul 20.30 WIB di Masjid Cordoba, seluruh santri berkumpul dengan khidmat sembari mendengarkan taushiyah dari salah satu ustadz di pondok tercinta. Beliau menjelaskan panjang lebar mengenai perlunya seseorang untuk meluruskan niat mereka dalam menuntut ilmu, disertai dengan pembahasan pendek lainnya. Selain itu dijelaskan pula mengenai adab-adab dalam perjalanan dan juga pengumuman lainnya.
Ya, taushiyah tersebut diadakan dalam rangka membuka salah satu kegiatan pondok yang setiap tahun sudah mulai rutin sejak 2 tahun lalu, yakni kunjungan ke Islamic Book Fair. Sesi taushiyah diadakan malam hari untuk menyiasati persiapan para santri di keesokan harinya.
Ust. Herman menyampaikan taushiyah sebagai pembekalan sebelum berangkat ke #IBF2016 |
Ya, taushiyah tersebut diadakan dalam rangka membuka salah satu kegiatan pondok yang setiap tahun sudah mulai rutin sejak 2 tahun lalu, yakni kunjungan ke Islamic Book Fair. Sesi taushiyah diadakan malam hari untuk menyiasati persiapan para santri di keesokan harinya.
Ust. Agus menyampaikan pengumuman |
Taushiyah selesai pukul 21.15 WIB, setelah itu seluruh santri putra dan putri beranjak ke hujroh masing-masing untuk mempersiapkan hari esok.
Hari-H: Memulai Perjalanan
Santri sudah bersiap dengan rapi sejak pukul 03.00 WIB dengan seragam khas pondok yang baru. Selama 2 jam, para santri menunaikkan shalat tahajud, setelahnya kembali mempersiapkan bekal dan barang bawaan lain, lalu menunaikkan shalat Shubuh pukul 04.30 WIB. Ba'da shalat shubuh, seluruh santri bersiap untuk beranjak menuju bis yang telah menunggu kedatangan mereka.
Jam terbang terhambat setengah jam dari waktu yang ditentukan sebelumnya, yakni pukul 06.00 WIB, dikarenakan beberapa hal. Ahlamdulillah, 3 bis berangkat menuju ibukota pukul 06.30 WIB. 1 bis putra dan 2 bis putri serta peserta yang membawa keluarga.
Salah satu hal mainstream yang sering terjadi di jalanan ibukota menghadang perjalanan kami, yakni kemacetan yang cukup panjang walaupun di jalan tol. Bahkan untuk menempuh jarak 100 meter saja, bis harus rela merayap di tengah barisan kendaraan bermotor yang saling berimpit dan berebut jalan. Salip-menyalip dan suara sirine mobil polisi menjadi hal yang tidak aneh barangkali, karena saking lamanya macet tersebut.
Dan benar saja, rombongan sampai di kawasan Istora Senayan pukul 09.15 WIB. Ahlamdulillah, Allah 'Azza wa Jalla masih memberikan keberkahan kepada kami yaitu selamat sampai tujuan.
Setelah mengondisikan peserta, rombongan putra memimpin perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki. Namun sebelum itu, panitia mengadakan sesi pemotretan tepat di depan lokasi diselenggarakannya Islamic Book Fair yang ke-15 tahun ini.
Barulah rombongan putra memasuki kawasan IBF. Sementara itu, rombongan putri memulai gilirannya untuk berfoto bersama sambil menunggu rombongan putra masuk ke kawasan.
Hari-H: Memulai Perjalanan
Santri sudah bersiap dengan rapi sejak pukul 03.00 WIB dengan seragam khas pondok yang baru. Selama 2 jam, para santri menunaikkan shalat tahajud, setelahnya kembali mempersiapkan bekal dan barang bawaan lain, lalu menunaikkan shalat Shubuh pukul 04.30 WIB. Ba'da shalat shubuh, seluruh santri bersiap untuk beranjak menuju bis yang telah menunggu kedatangan mereka.
Jam terbang terhambat setengah jam dari waktu yang ditentukan sebelumnya, yakni pukul 06.00 WIB, dikarenakan beberapa hal. Ahlamdulillah, 3 bis berangkat menuju ibukota pukul 06.30 WIB. 1 bis putra dan 2 bis putri serta peserta yang membawa keluarga.
Salah satu hal mainstream yang sering terjadi di jalanan ibukota menghadang perjalanan kami, yakni kemacetan yang cukup panjang walaupun di jalan tol. Bahkan untuk menempuh jarak 100 meter saja, bis harus rela merayap di tengah barisan kendaraan bermotor yang saling berimpit dan berebut jalan. Salip-menyalip dan suara sirine mobil polisi menjadi hal yang tidak aneh barangkali, karena saking lamanya macet tersebut.
Dan benar saja, rombongan sampai di kawasan Istora Senayan pukul 09.15 WIB. Ahlamdulillah, Allah 'Azza wa Jalla masih memberikan keberkahan kepada kami yaitu selamat sampai tujuan.
Dari kiri ke kanan: Nashrul, Ramdhan, Alfada dan Fauzi |
Setelah mengondisikan peserta, rombongan putra memimpin perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki. Namun sebelum itu, panitia mengadakan sesi pemotretan tepat di depan lokasi diselenggarakannya Islamic Book Fair yang ke-15 tahun ini.
IST Putra. Dari kiri ke kanan: Roby, Wahid, Rozaq dan Taufiq |
Keluaga besar santri putra KMI al-Islamiyyah |
Para asatidz dari kiri ke kanan: Ust. Agus, Ust. Hanifan, Ust. Nainunis, Ust. Yubasthian dan Ust. Luthfi |
H. Azi Ahmad Tajudin dan keluarga |
Barulah rombongan putra memasuki kawasan IBF. Sementara itu, rombongan putri memulai gilirannya untuk berfoto bersama sambil menunggu rombongan putra masuk ke kawasan.
Para santriwati sedang melakukan sesi foto |
Yang membuat kami terkesan dalam perjalanan kali ini sekaligus menjadi yang pertama kalinya adalah, kami melaksanakan Shalat Jumat di mushola yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Kegiatan rutin tahunan seperti rihlah, midcamp dan rihlah ke IBF yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh pondok belum pernah berangkat di hari Jumat. Dan ini menjadi pengalaman yang baru bagi kami, mengingat saat itu kami melaksanakan shalat Jumat tidak di masjid pondok melainkan di tempat lain.
Suasana shalat Jumat di mushola yang disediakan oleh penyelenggara IBF. |
Mushola yang ada disana cukup besar bagi kami, namun sepertinya masih tidak dapat mencukupi kebutuhan, mengingat begitu banyak pengunjung saat itu.
Ba'da Jumat: Melanjutkan Aktivitas
Seluruh santri setelah menunaikan ibadah fardlu lalu beranjak menuju panggung utama untuk menyimak pemaparan materi tentang metode menghapal Al-Qur'an dengan jari. Barangkali inilah alasan utama mengapa rombongan kami berangkat di hari Jumat karena mengejar materi yang satu ini. Pukul 13.00 WIB para santri sebagian besar telah berkumpul di panggung utama, walaupun masih ada yang berpencar kesana kemari.
Dari kanan ke kiri: Aziz dan Aji sedang melihat-lihat buku yang telah dibelinya. |
Para santri sudah duduk manis di tribun sekitar panggung utama sembari melihat-lihat hasil belanjaan mereka, namun yang membuat kami heran adalah, mengapa materi yang dijelaskan saat itu bukan metode menghapal AL-Qur'an melainkan bedah buku Kyai Kocak?
Seharusnya acara tentang metode menghapal al-Qur'an. Tapi mengapa acaranya menjadi bedah buku Kyai Kocak? Wallahu a'lam... |
Sontak ini membuat seluruh santri putra dan putri bertanya-tanya. Sampai tidak sedikit santri yang kembali berkeliling karena materi yang diinginkan tidak kunjung datang. Barangkali terjadi perubahan jadwal "mendadak", sehingga susunan acara sedikit berubah.
Akhirnya, sebagian besar santri kembali "berpatroli" sampai Asar. Lalu para santri putra menunaikkan shalat asar. Para santri putri telah menjamak Dzuhur dengan Asar sehingga mereka bisa tetap berkeliling sampai pukul 16.00 WIB.
Alhamdulillah kami bertemu dengan salah satu alumni pondok kami, namanya Imam Warosatul Anbiya. Dia merupakan lulusan pondok kami angkatan ke-10. Masya Allah, tidak banyak yang berubah dari sosoknya. Imam menjaga stand penerbit buku-buku berbahasa Arab di lantai dua, bersebelahan dengan stand distro baju Mujahidin. Adalah nikmat yang luar biasa dapat bertemu kembali dengan salah satu alumni dari pondok kami.
Imam Warosatul Anbiya sebagai salah satu alumni dari Pondok Pesantren Islam Uswatun Hasanah Purwakarta |
Pukul 16.00 WIB, seluruh santri berkumpul kembali ke bis untuk bersiap pulang ke pondok. Allah kembali memberi cobaan kepada kami, yakni bis yang dipenumpangi putra sedikit bermasalah pada kompresor udara mesin bisnya, hingga kami harus menunggu sekitar setengah jam sampai supir dan kondektur selesai mengatasinya.
Cobaan tak cukup sampai disitu (walaupun sebenarnya ini bukan cobaan...).
Rombongan bis kembali dihadang oleh hal mainstream ibukota yaitu kemacetan. Dihitung-hitung sampai satu jam rombongan kami terjebak macet. Lagi-lagi, mobil dan motor yang dengan sengaja mencuri kesempatan via jalan khusus busway menjadi pemandangan yang menambah gerah suasana.
Pukul 18.45 WIB kami memutuskan untuk beristirahat di rest area KM-57 sembari menunaikan shlaat Maghrib dan Isya. Alhamdulillah, beruntung rombongan masih sempat untuk menunaikkan shalat Maghrib ketika sampai lokasi, sekaligus menunaikkan shalat Isya dengan tidak dijamak.
Rombongan putra menunaikkan Shalat Maghrib di Masjid at-Taubah - Rest Area KM-57 |
Pukul 20.10 WIB rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke arah tenggara menuju Purwakarta, dan rombongan sampai ke pondok kembali pukul 21.00 WIB. Alhamdulillah...
Penutup
Bagi seorang Muslim, apapun peristiwa yang dialami akan menjadi pelajaran bagi dirinya. Sehingga dia dapat mengambil peluang untuk menambah pengalaman sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Hal itu pun tak terkecuali dalam perjalan kami kali ini. Adalah hal yang luar biasa bagi kami ketika kami masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat berkunjung ke Islamic Book Fair. Masya Allah...
Salah satu alasan utama pondok kami merutinkan kunjungan ke perhelatan bazzar buku-buku Islami terbesar se-Indonesia tersebut, adalah untuk menumbuhkan minat membaca bagi para santri serta menumbuhkan kecintaan untuk membaca. Mengingat budaya membaca buku seolah seperti belum mendarah daging bagi sebagian kalangan di negeri ini karena berbagai faktor.
Selain itu, medan tempur di lokasi mengajarkan untuk selalu merencanakan segala sesuatu dengan baik, termasuk membuat perencanaan dalam belanja, keuangan, jam makan, dan juga dalam hal-hal genting seperti terpisah dari kelompok saat di lokasi. Hal ini perlu dilakukan agar seluruh santri dapat memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin selama di lokasi.
Contohnya, ada beberapa santri kami yang mencoba mengikuti sayembara di stand Kementrian Agama RI lantai 1. Sayembara tersebut adalah: Bagi siapapun yang dapat menghapal satu juz maka akan mendapat kitab tafsir yang sudah disediakan oleh pihak di stand tersebut.
Dari kiri ke kanan: Farid, Zulfikar dan beberapa santri mencoba menguji kemampuan hapalan al-Qur'an nya di stand tersebut. |
Hal lain yang menjadi alasan dirutinkannya kegiatan ini, adalah untuk menumbuhkan minat dalam menulis. Ini yang sepertinya masih jarang. Membaca mungkin sudah terbiasa, namun tidak semua terbiasa dalam menulis.
Ini semua dilakukan demi memupuk skill (kemampuan) bagi para santri, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi diri mereka ketika telah lulus uji di miniatur kehidupan dalam pondok pesantren kami. Dengan pondasi aqidah dan ilmu agama yang kuat, disertai dengan pondasi skill yang memadai, kami berharap para santri sebagai penerus generasi Islam yang sedang menimba ilmu-ilmu Allah dan dunia menjadi generasi penerus Islam yang cemerlang di kemudian hari. Berbekal do'a dan harapan yang kuat, mari kita bersama-sama mewujudkan salah satu cita-cita mulia tersebut. Amiin ya Rabbal 'aalamiin.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.