Oleh: Dr. Azi Ahmad Tadjudin, M.Ag.
(Mudir Pondok Pesantren Islam Uswatun Hasanah Purwakarta)
Menjadikan rumah sebagai sekolah keluarga yang akan menjadi benteng pertahanan terakhir penularan virus Corona (COVID-19) sejak hari ini berlaku efektif hingga dua pekan kedepan.
Mengembalikan fungsi rumah sebagai sekolah yang menyenangkan bagi anak-anak kita, tentu tidak mudah. Sebagian orang tua ada yang bingung atau bahkan tidak terbayang bagaimana anak-anak bisa belajar di rumah dengan efektif, hal itu terjadi karena ada sebagian orang tua yang tidak ‘berdaya’ di hadapan anak-anak yang sudah terjangkiti wabah ‘virus’ gadget, game online, televisi dan beragam jenis permainan lainnya yang sudah mewabah sejak lama menjangkiti anak-anak mereka.
Jika itu yang terjadi, maka upaya karantina rumah dalam menangkal penyebaran virus Corona mungkin saja bisa berhasil dengan efektif, namun sebaliknya, tidak dengan ‘virus-virus’ yang sudah ada di dalam rumah.
Keadaan ini terjadi karena peran dan fungsi orang tua sebagai pendidik, serta menjadikan rumah sebagai sekolah sudah tidak berjalan dengan baik, salah satu faktor penyebab utamannya karena tugas orang tua sebagai seorang pendidik diserahkan sepenuhnya pada sekolah.
Lantas bagaimana cara mengembalikan kedua fungsi tersebut disaat rumah harus dijadikan sebagai tempat belajar yang efektif dan penjaga buah hati kita dari serangan virus internal dan eksternal?
Rumahku Sekolah Pertamaku
Dr. Khalid Ahmad Syantut, seorang pakar pendidikan mengatakan dalam salah satu tulisannya yang berjudul Dawr al-Bayt Fi Tarbiyyah al-Thifl al-Muslim dalam kata pengantarnya, “Kebangkitan umat saat ini sangatlah menantikan lahirnya generasi seperti era Shalahuddin al-Ayyubi. Rumah-rumah kita pun dituntut untuk mampu melahirkan generasi tersebut.”
Rumah sebagai pilar utama yang akan membentuk kepribadian seorang muslim yang taat dalam menjalankan perintah agama. Kekuataan sentuhan rumah akan sangat kuat melekat pada setiap ucapan, tindakan dan perbuatan anak, karena berangkat dari rumahlah seorang anak pertama kali mendapatkan keteladanan berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan perhatikan.
Menyusun planning aktivitas anak di rumah menurut Syaikh Syantut tidaklah sulit yang terpenting adalah istiqamah dan konsisten dalam menjalankannya. Rasulullah Shallahu Alayhi Wasallam bersabda, “barangsiapa membuat kebiasaan yang baik dan diikuti orang lain, ia akan mendapat pahala kebaikan kebiasaan tersebut dan mendapat pahala orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim).
Diantara kurikulum rumah yang harus ada dalam keluarga yaitu mengadakan majelis rutin keluarga. Majelis rutin ini harus diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
Dalam majelis ini, ayah sebagai pemimpin rumah tangga sangat penting perannya dalam meneguhkan kembali visi rumah tangga agar tujuan berumah tangga tidak kehilangan kendali bahkan dibajak oleh syaitan.
Diantara kegiatan majelis keuarga yaitu:
(1) tilawah dan menghafal al-Qur’an,
(2) Menghafal dan menjelaskan Hadits,
(3) Membahas Tauhid
(4) Membahas ilmu fiqih,
(5) Membedah Sirah Nabawiyah
(6) Membahas adab-adab dalam Islam dan bagaimana cara membiasakannya.
Selanjutnya, kurikulum rumah yang harus ada dalam keluarga yaitu mengajak anak untuk menghidupkan malam (Ihya al-Layl). Diantara rincian kegiatannya:
(1) membaca tiga juz al-Qur’an (satu juz setelah isya, satu juz pertengahan malam, satu juz sebelum subuh).
(2) membacakan satu bab kitab Riyadussolihin atau kitab Arb’ain an-Nawawiyah.
(3) mempelajari salah satu peristiwa lengkap dalam Siroh Rasulullah seperti perang Badar, Perang Khandak dan sejarah lainnya.
(4) makan cemilan dan minum kopi bersama sebelum pertengahan malam.
(5) melaksanakan shalat tahajud.
(6) berdzikir.
Virus corona adalah wabah yang disebabkan oleh pelanggaran manusia terhadap aturan-aturan Allah, maka cara untuk mencegahnya cukup dengan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan pola hidup sehat mengikuti sunnah nabi.
Yuk, kita jadikan momen belajar di rumah bersama orang tua sebagai upaya kita untuk memaksimalkan ibadah kita kepada Allah Subhanahu Wat’ala dan mengembalikan rumah sebagai sekolah yang sesungguhnya.
Wallahu A’lam bi Shawab.