Oleh. Dr. H. Azi Ahmad Tadjudin, M.Ag.
(Ketua Yayasan Uswatun Hasanah Purwakarta)
Satu keni’matan tak terhingga bagi seorang mu’min dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. bulan penuh ampunan dan berkah kembali hadir menyertai kehidupan kita selama satu bulan penuh ke depan. Tiap detik waktu yang berlalu menghampiri kita akan menjadi peluang dan kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan begitu saja. Detak jantung yang terus bergerak kelak akan menjadi saksi atas tiap kesempatan yang pernah hadir dalam kehidupan kita. Waktu yang tidak pernah akan kembali, kesempatan hidup yang hanya sekali, dosa yang tiada henti, ampunan yang belum pasti, kehadiran Ramadhan menjadi sangat berarti bagi tiap hamba yang pasti akan kembali mengharap ridha ilahi.
‘Bercengkrama’ dengan bulan Ramadhan hingga merasakan kelezatan ibadah tentu tidak mudah. Rasa malas, bosan dan bisikan-bisikan syaitan lainnya akan terus menghantui perasaan tiap hamba saat mengisi amaliyah ramadhan. sejuta anggapan dengan dalih-dailh pembenaran akan terus bergejolak dalam hati agar semangat Ramadhan terus meredup hinggga kandas tanpa meraih pahala istimewa. Rasa cape, kantuk hingga alasan tidak ada dalil akan dijadikan amunisi ampuh yang pada akhirnya menjadikan ramadhan bulan biasa saja, semangat di awal, redup di pertengahan dan kandas di akhir, hingga terjebak pada ritualitas tahunan tanpa makna dan kepuasan ruhiyyah yang hendak diraih.
Melalui jebakan-jebakan syaitan di atas, tidak sedikit diantara kaum muslim yang pada akhirnya melakukan amaliyah ramdhan dengan asal-asalan hingga terpaksa. Shalat tarawih memilih masjid yang favorit, yaitu cepat bacaannya dan sedikit rakaatnya. Tadarus al-Qur’an dihantui kegelisahan hati dan fikiran karena bayang-bayang pesan Facebook, Whatchap, Instagram dan tayangan televisi program spesial ramadhan yang membuyarkan kekhusyuan I’tikaf dan ta’lim di masjid. Bisikan hati menggerutu saat imam tarawih membaca surat agak panjang dan gerakannya lambat. Sikap dan perasaan semua itu akan dirasakan oleh siapapun jika tidak dilawan dengan kesungguhan dan ketulusan niat dalam beribadah.
Untuk meraih keni’matan dan kelezatan ibadah di bulan ramadhan tentu membutuhkan niat, keikhlasan serta ilmu dalam menjalankannya. Ikhlas dalam beribadah akan menjadi jaminan bagi siapa saja yang hendak meraih kelezatan dan istiqamah dalam beribadah. Fahami setiap makna ibadah yang kita kerjakan, hadirkan kebesaran Allah dalam setiap doa yang kita bacakan dalam shalat, ni’mati setiap aktivitas ibadah yang kita lakukan karena itu bisa jadi merupakan kesempatan terakhir yang Allah berika pada kita. Jaga keikhlasan, lupakan perhatian makhluk dan fokus dengan tujuan yaitu meraih ridha dan ampunan Allah subhanahu wata’ala. Insyaa Allah lelah, lesu dan letih ibadah di bulan Ramadhan akan bernilai padaha di sisi Allah.
Rasulullah saw bersabda berdasarkan riwayat bil ma'na “ _Barang siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan Iman dan mengharapkan ridha Allah, maka ia akan diampuni setiap dosa yang pernah dilakukannya.”_ Marhaban Ya Ramadhan!
Wallâhu A’lam bi al-Shawâb.