Ditulis oleh: Luthfiyyah Hanif
Santriwati kelas 5 KMA | Ponpes Uswatun Hasanah Purwakarta
Kondisi saat di lokasi bencana (Palu) (sumber: islampos) |
NEGARA tercinta, tempat kita singgah, Indonesia nama negaranya. Penuh dengan ramainya masyarakat dan suku-suku yang berbeda. Kesibukan dan keramaian selalu menyertai negara ini. Tetapi, kali ini berbeda. Indonesia kembali menangis.
Pada 28 September 2018 menjelang maghrib kemarin, ketenangan dan kesibukan itu berubah menjadi tangisan. Terutama di Kota Palu saat ini. Kesibukan akan padatnya aktivitas pagi, hangatnya suhu sinar matahari di sore hari dan ketenangan akan damainya Kota Palu menjadi siklus waktu yang akan selalu terulang.
Gempa, tsunami, dan lumpur menguasai kisah kehidupan Kota Palu. Mereka menghancurkan apa yang ada di dalamnya. Tak memandang siapapun korbannya. Segala aktivitas masyarakat terhambat karena bencana tersebut. Gempa 7,7 SR ini tak bisa dibilang guncangan kecil.
Dari evakuasi yang telah dilakukan, terkumpul data dari berbagai sudut kota. Ternyata, bencana itu tak hanya melumpuhkan sebagian Kota Palu. Tercatat 1.203 di Palu, 144 di Donggala, 64 di Sigi, 12 di Parigi Noutong, dan 1 di Pasang Kayu. Sekitar 100 warga Palu, Sulawesi Tengah yang selamat dari bencana alam gempa dan tsunami beberapa waktu lalu mengungsi ke Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Eny Zuliati, di Surabaya, Ahad (7/10/2018), mengatakan pihaknya langsung mendata warga Palu yang tiba di Asrama Transito Jalan Margorejo No. 74 Surabaya pada Jumat (5/10/2018) malam. Dari hasil pendataan itu diketahui ada 14 orang yang merupakan warga kelahiran Surabaya, namun sudah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Palu.
Bencana alam memang tidak pernah disangka dan diramalkan secara pasti oleh manusia. Allah SWT berfirman, yang artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganku sendiri, dan Allah SWT memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” (QS. Asy-Syura: 30)
Hamba yang beriman pasti mengerti kenapa Allah SWT sebagai Maha Pencipta memberikan ujian berupa gempa, lumpur dan tsunami. Bencana yang datang hampir beruntun di negara kita, tentunya salah satu cobaan yang Allah berikan untuk Palu kali ini.
Kadang kemaksiatan ditutupi dengan kesan arah yang tak disangka. Betapa banyak kemaksiatan yang tersembunyi di Palu kali ini. Lalu, Allah membuka rahasia itu dengan ujian. Agar, hambanya di muka bumi ini menyadari akan kelalaian mereka selama ini.
Walaupun hati ini pilu, seakan hancur tersayat-dayat tak berbentuk setelah mengetahui berita dari berbagai musibah yang bertubi-tubi silih berganti. Mungkin ini serpihan-serpihan hikmah yang dapat kita petik. Semoga bencana yang bertubi-tubi ini menjadi bibit penyemangat untuk kembali mengobarkan semangat jiwa dalam diri kita untuk berjuang merintis perubahan.
Ketahuilah negeriku…
Negeri tercintaku…
Jangan jadikan semua bencana ini menjadi penghalang tali peribadahan kita dengan Sang Penguasa Alam. Kunci perubahan ada di tangan kalian. Gunakan kunci perubahan itu dengan baik. Kapan lagi jika tidak sekarang?
Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Pesan dariku, “Tegakkanlah nahi munkar dan sebarkanlah yang ma’ruf, niscaya semoga bencana ini menjadikan kita lebih dekat dengan Maha Pencipta.”
Sebagai manusia biasa, yang pasti tak akan luput dari salah dan dosa. Hanya Allah yang Maha Sempurna dan Kuasa. Tanpa cela lagi Maha Perkasa. Karenanya hanya mohon maaf yang saya bisa ucapkan. Dari kesalahan kata dan susunan Bahasa. Atau perilaku yang tidak berkenan di hati. Hanya bisa memohon dan mengharap, untuk dibukakan pintu maaf atas segala salah dan khilaf. []