12 Nov 2015

Rihlah Ilmiah 2015: Penuh Inspirasi dan Pelajaran Kehidupan


Perjalanan Rihlah Ilmiah kali ini membuat rombongan kami teraduk-aduk perasaannya, mengingat begitu banyak peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan kami ke kota Sukabumi. Tentu, perjalanan kali ini benar-benar meninggalkan kesan yang beragam dari para peserta Rihlah Ilmiah termasuk panitia dan para asatidz...
klik untuk memperbesar gambar
Rute perjalanan dari Uswatun Hasanah ke Ma'had Ar-Rayyah bila dicek melalui Google Maps
Awal Perjalanan
Pukul 03.00 dini hari WIB, rombongan sudah bersiap untuk melakukan perjalanan yang cukup panjang ke Sukabumi, yang jaraknya kurang lebih 140 kilometer dari Purwakarta. Waktu yang diperlukan untuk sampai ke Sukabumi dengan kecepatan stabil 50 km/jam sekitar 2,5 jam.

Namun, hitungan diatas kertas tidak selamanya sesuai dengan kenyataan. Dari tahun ke tahun, jumlah pemilik kendaraan bermotor roda dua dan empat semakin meningkat. Sehingga kemacetan yang pernah kita alami beberapa tahun lalu tidak akan sama dengan kemacetan yang telah dialami sekarang.

Itulah yang rombongan kami alami sepanjang perjalanan kesana.

Jumlah bis yang kami sewa adalah 3 bis berkapasitas 59 seat. Total peserta yang mengikuti kegiatan Rihlah Ilmiah tahun ini adalah 150 orang. Tentunya, kecepatan bis tidak bisa disamakan dengan kecepatan mobil pribadi apalagi motor. Belum lagi ukuran kendaraan yang besar membuat manuver bis tidak bisa seleluasa mobil dan motor. Kurang lebih inilah alasan utama yang membuat perjalanan kami memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan.

Tetapi lagi-lagi, selain faktor kecepatan bis dan jarak yang ditempuh, banyak sekali faktor tak terduga yang tidak bisa dihitung dengan kalkulasi saja. Perbaikan jalan, jam padat lalu lintas, kecelakaan dan lain sebagainya menjadi faktor lain yang mempengaruhi seberapa cepat kami dapat sampai tujuan, yakni menuju Ma'had Aly Ar-Rayyah - Sukabumi.

Di perbatasan Cianjur - Sukabumi, ada perbaikan jalan yang berlangsung sampai bulan Desember tahun ini. Walaupun panjang perbaikan jalan tersebut hanya 300 meter, namun kemacetan yang ditimbulkan luar biasa, sampai membentuk antrian kendaraan sepanjang 1 kilometer. Ini disebabkan oleh sistem buka-tutup jalan yang diberlakukan disana, sehingga tak ayal menjadi penyebab kemacetan yang cukup panjang.

Hambatan lain ternyata tak sampai disitu.

Barangkali karena kurangnya pengambilan informasi-informasi penting pada survey lokasi yang dilakukan sebelumnya, membuat kami sedikit kebingungan dengan jalur di kota Sukabumi. Gambaran mudahnya, kondisi lalu lintas Sukabumi mirip sekali dengan kondisi lalu lintas di Purwakarta, namun tanpa gapura aneh dan patung-patung yang menjenuhkan mata, pikiran dan perasaan. Dan sedikit kesalahan navigasi antara bis yang satu dengan yang lain membuat perjalanan kami terhambat cukup lama. Itupun dengan kondisi macet parah yang terjadi di pusat kota Sukabumi dan di daerah Cibadak saat siang menjelang Dzuhur. Bayangkan saja, berangkat pukul 03.00 WIB dini hari, termasuk lama perjalanan dan isoma tentunya, sampai benar-benar tiba di lokasi tujuan memakan waktu 8,5 jam. Berarti, kami tiba di lokasi pukul 11.30 WIB.

Bis yang pertama kali sampai adalah bis rombongan santri putra. Sementara bis ketiga rombongan santri putri sampai 20 menit setelahnya. dan bis kedua rombongan santri putri 20 menit kemudian sampai ke lokasi. Benar-benar perjalanan yang luar biasa melelahkan!

Rombongan putri baru sampai saat waktu Shalat Dzuhur tiba (sekitar pukul 11.45 WIB). Sementara rombongan putra sudah sampai terlebih dahulu 40 menit lalu.

Semua Terbayar ketika Sampai Lokasi
Alhamdulillah wa syukurillah...

Semua lelah yang kami terima sepanjang perjalanan terbayar dengan pemandangan ma'had yang bagi kami benar-benar asri. Berdiri di hamparan tanah seluas 15 hektar, Ma'had Aly Ar-Rayyah benar-benar mampu memanjakan siapapun pengunjung dengan kerapihan lingkungannya yang apik.
 
Panitia berfoto didepan Tugu Ma'had Ar-Rayyah sambil menunggu bis rombongan putri yang kedua tiba di lokasi

Bila ingin ke ma'had Ar-Rayyah dari arah Bogor atau Cibadak, gerbangnya ada di kanan jalan.
Bangunan masjid di Ma'had Ar-Rayyah



Bangunan asrama putra

Lapangan bola di kawasan putra
Sambil melepas lelah, rombongan putra melaksanakan shalat Dzuhur dijamak dengan Asar di masjid utama ma'had tersebut. Rombongan putri bagaimana? Mereka menuju kawasan putri tentunya, yang berlokasi di sebelah selatan masjid.

Masjid dengan desain interior yang lega, dan dapat menampung ratusan mahasantri didalamnya.
Lantai 2 masjid tersebut untuk wilayah shalat khusus putri, namun pembatasnya diberi semacam fiber hitam yang tak tembus pandang, agar lawan jenis tidak bisa mengintip keatas.

Bagi kami masjid disana cukup menarik. Karena bila sudah masuk waktu shalat lima waktu, maka para mahasantri putri akan berdatangan ke masjid melalui jembatan khusus yang terhubung langsung dengan kawasan asrama putri. Jembatan tersebut tertutup fiber hitam sepanjang jembatan dan langsung terhubung dengan lantai 2 masjid, sehingga mencegah mahasantri putra dan putri berpapasan satu sama lain. Uniknya, jembatan tersebut cukup berisik apabila ada mahasantri putri yang berjalan melalui jembatan tersebut.

Hal menarik lainnya, berbagai pengumuman dan taushiyah termasuk Khutbah Jum'at semuanya disampaikan dalam bahasa Arab. 

Setelah itu, seluruh rombongan putra menuju bangunan di sebelah utara masjid untuk pertemuan antara rombongan kami dengan pengurus Ma'had Ar-Rayyah.



Ust. Herman Felani dan Ust. Luthfi (kanan bawah) bersama IST dan QST.


Sampai di bangunan tersebut, alhamdulillah kami bertemu dengan para alumni santri dari pondok kami, yakni Ahmad Haris, Muhammad Ali dan M. Ain Nurkholis. Rombongan putri pun bertemu dengan Siti Shalma MR di kawasan putri selaku alumni dari ma'had kami juga. Jujur saja, kami benar-benar bangga dapat bertemu dengan mereka semua. Subhanallah...


M. Ain Nurkholis saat menyambut para santri kami sembari menunggu persiapan ruangan aula selesai.

Dari kiri ke kanan: Ust. Azi A. Tajudin, Ust. Herman Felani, M. Ali dan M. Ain Nurkholis

Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan Ali dan Kholis, akhirnya ruang pertemuan pun sudah siap digunakan dan kami pun masuk kedalamnya. Namun listrik saat itu padam karena sewaktu masuk ruangan, cuaca disana sudah hujan. Ternyata menjadi hal biasa disana bila terjadi pemadaman listrik saat hujan tiba.


Ruangan saat kami di ruang pertemuan dalam kodisi mati lampu...
Akhirnya, daripada menunggu lama untuk listriknya nyala kembali, panitia dari pengurus ma'had lanjut untuk membuka acara dan seterusnya.

Beliau menyambut kedatangan kami sekaligus menggantikan Mudhir Ma'had Ar-Rayyah yang berhalangan hadir
Ust. Azi saat memberikan sambutan
Ust. Rustang selaku wakil Humas Ma'had Ar-Rayyah
Pada intinya, pemateri menjelaskan mengenai selayang pandang Ma'had Ar-Rayyah atau STIBA (Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab) Ar-Rayyah. Ma'had tersebut memiliki waktu kegiatan yang benar-benar padat sekaligus aturan main yang cukup ketat bagi orang luar. Diantaranya, para mahasantri hanya diperbolehkan untuk izin keluar wilayah pondok satu kali dalam satu bulan, dan jatahnya 10 kali izin selama setahun. Selain itu, hari Jum'at merupakan hari libur kuliah bagi para mahasantri, namun tidak dengan aktivitas ibadahnya.


Para mahasantri menjalani perkuliahan didalam ma'had dari pagi sampai siang. Setelahnya dilanjut dengan berbagai aktivitas lain. Untuk waktu makan sebanyak 3 kali sehari, yakni waktu pagi, setelah Dzuhur dan setelah Maghrib. Uniknya, waktu makan dibatas sampai 1 jam. Lebih dari itu maka tidak akan mendapat jatah makan.

Jangan kaget bila pertama kali sampai lokasi, kebanyakan mahasantri berbicara dengan bahasa Arab satu sama lain, tapi bila bertanya atau ngobrol dengan tamu ma'had dari luar maka tetap memakai bahasa Indonesia. Lingkungan berbahasa Arab memang sengaja dibangun untuk melatih terus kemampuan bahasa Arab dari masing-masing mahasantri. Adapun bagi yang melanggar bahasa, maka akan diberi semacam "wejangan" dan juga dipersilahkan untuk mengundurkan diri dari ma'had bila tidak mau menuruti aturan main ma'had. Catatan pentingnya, tidak ada hukuman yang dilakukan dengan cara kekerasan, karena seluruh mahasantri bukanlah "hewan" melainkan manusia biasa yang berakal. Sehingga benar-benar harus diketuk kesadarannya terkait tujuan utama menuntut ilmu di ma'had tersebut. 

Menimba ilmu disini memang dibebaskan dari biaya pendidikan. Namun bukan berarti dibebaskan begitu saja, melainkan para mahasantri harus tunduk pada aturan main ma'had yang berlaku. Dan menurut pemateri, tak sedikit mahasantri yang mengundurkan diri dari ma'had ini karena "ketat" nya aturan main tersebut. Barangkali, beratnya bukanlah di aturan sebenarnya, melainkan dari sisi jenjang pendidikan yang sudah bukan SMP atau SMA lagi, namun mereka semua diharuskan mondok.

Seluruh mahasantri dibatasi aktivitasnya per hari sampai pukul 22.30 WIB, dan semua lampu asrama baik putra dan putri harus dimatikan. Apabila membutuhkan waktu tambahan untuk belajar maka diberi waktu sampai pukul 23.00 WIB. Itupun belajarnya tidak boleh di kamarnya tetapi di aula asrama.

Aktivitas lain selain perkuliahan dan kegiatan ibadah, sepertinya tidak jauh beda yang yang ada di ma'had kami. Contohnya olahraga, muhadloroh setiap minggu, study tour setiap tahun dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Bagi para mahasantri yang berminat untuk menghapal al-Qur'an pun ma'had memiliki aturan main tersendiri, yakni setiap hari wajib menghapal satu wajah (kalo tidak salah satu halaman) di hari pertama dan menyetor hapalan di hari berikutnya. Setelah setoran hapalan selesai dilanjut dengan menghapal halaman berikutnya dan menyetor di hari selanjutnya. Ma'had tidak mengekang para mahasantri yang dapat menghapal dan menyetor hapalan lebih dari satu wajah per hari. Maka tidak heran bila disana banyak mahasantri yang dapat menuntaskan hapalan al-Qur'an dalam waktu satu tahun. Subhanallah...  

Alhamdulillah, setelah kegiatan berjalan setengah jalan, listriknya kembali menyala...
Mungkin ada yang kelelahan...


Peserta cukup antusias dalam sesi pertanyaan yang dibuka oleh pemateri
M. Ali (depan) dan Ahmad Haris (belakang) membantu menyiapkan air minum untuk para tamu rombongan putri yang akan hadir ke aula tersebut.
Setelah kegiatan kumpulan memasuki penghujung acara, ternyata rombongan putri baru sampai ke bangunan tempat kami berkumpul. Tentunya karena saat itu hujan sudah cukup reda. Sekedar informasi, biasanya apabila ada pertemuan yang melibatkan mahasantri putri, maka kegiatan tersebut akan dipantau melalui kamera yang sudah tersedia di bagian depan kelas, yang nantinya akan ditampilkan di layar monitor ruang pertemuan di putri. pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dari putri pun dilakukan melalui jalur telepon yang memang disediakan di masing-masing ruangan.

Selain itu, kawasan putri yang "terisolasi" dari kawasan putra memang dibuat sedemikian rupa agar interaksi diantara keduanya benar-benar minim. Sehingga ma'had ini menawarkan privasi yang sangat bagus bagi para siswi lulusan SMA / MA yang ingin melanjutkan ke ma'had aly yang memang terpisah aktivitas laki-laki dan perempuannya. Menariknya, seluruh mahasantri putri dan asatidzah nya memakai jilbab dan kerudung lebar serta memakai cadar.

Pertemuan kali ini oleh pengurus Ma'had Ar-Rayyah memang dibolehkan untuk dikumpulkan putra dan putrinya dalam satu ruangan, namun barisan duduk putri di belakang barisan putra yang didepan semua. Pemateri pun mempersilahkan bagi para tamu putri yang baru datang ke ruangan untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait seputar ma'had tersebut.




Setelah sesi pertanyaan usai, acara pun ditutup dengan penyerahan plakat dari Ma'had Ar-Rayyah dan juga dari Ma'had Uswatun Hasanah. Penyerahan plakat diserahkan oleh Ust. Rustang selaku Wakil Humas Ma'had Ar-Rayyah dan Ust. Azi A. Tajudin selaku Kepala Program KMI/A al-Islamiyyah Uswatun Hasanah Purwakarta.
 
Penyerahan plakat Ma'had Ar-Rayyah oleh Ust. Rustang (kanan) untuk pihak Ma'had Uswatun Hasanah
Penyerahan plakat Ma'had Uswatun Hasanah oleh Ust. Azi (kiri) untuk pihak Ma'had Ar-Rayyah

Sesi kegiatan pun ditutup dengan do'a kifaratul majlis dan saat itu sudah masuk waktu shalat Asar. Kami pun menyempatkan untuk mengambil foto bersama dari asatidz ma'had kami dan juga pengurus Ma'had Ar-Rayyah.




Berangkat Menuju Destinasi Selanjutnya 
Pukul 16.00 WIB, rombongan kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, sebagai destinasi tambahan dari Rihlah Ilmiah tahun ini. Perjalanan tidak bisa dilakukan dengan memacu kecepatan bis lebih cepat, dikarenakan kondisi jalur yang berkelok-kelok naik-turun, dan dari hitungan kami memakan waktu 2,5 jam sampai kesana. Kami benar-benar berhenti di destinasi tambahan pukul 17.30 WIB.

Alhamdulillah, hujan memang telah reda, sebagai gantinya kami dapat menikmati suasana pantai yang berbalut cuaca yang saat itu sedang mendung. Bila menatap jauh dari arah pantai ke laut, banyak tempat khusus untuk menjaring ikan, karena tak jauh dari pantai tersebut ada Balai Lelang Hasil Laut (kalau tidak salah).





Kami berhenti di daerah Citepus, masih di kawasan Pelabuhan Ratu tentunya





Ust. Azi A. Tajudin bersama keluarga




Kami di kawasan pantai sampai pukul 19.00 WIB, dan rombongan kami mengambil rute CIawi - Bogor untuk kembali ke rumah kami. Dan diluar dugaan, rombongan kami alhamdulillah sampai dengan selamat di Sukarata pukul 02.30 WIB dini hari. Berarti waktu yang kami perlukan dari Pelabuhan Ratu sampai Purwakarta sekitar 7,5 jam.

Penutup
Perjalanan Rihlah Ilmiah tahun ini memberikan kesan yang luar biasa bagi kami. Lelahnya menempuh perjalanan dari Purwakarta - Sukabumi - Pelabuhan Ratu dibayar oleh Allah 'Azza wa Jalla dengan keasrian lingkungan Ma'had Aly Ar-Rayyah yang menyejukkan mata, dan segarnya udara pantai di Pelabuhan Ratu yang mampu melepas lelah sepanjang perjalanan.

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia dari perjalanan ini, sekalipun memang banyak hambatan yang dialami oleh rombongan kami. Tentu banyak pelajaran yang dapat diambil dari kegiatan ini bagi para santri, panitia Rihlah Ilmiah dan para asatidz.

Kami ucapkan jazakumulah khairan katsiran kepada semua pihak yang telah membantu lancarnya kegiatan kami kali ini. Lelahnya para panitia Rihlah Ilmiah dan semua pihak yang telah berpartisipasi tidak akan sia-sia tentunya, karena kerja keras dalam perjalanan ini memang dilakukan demi mencapai tujuan mulia, yakni menciptakan generasi muda Muslim yang unggul dan cemerlang.

"Tabur Inspirasi, Panen Perubahan menuju Generasi Qur'ani."

Ditulis oleh: Widy Nuryadi


 

Disqus Comments