14 Jun 2016

Dahsyatnya Ikhlas


Alkisah, ada seorang mengumpulkan hartanya yang banyak untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Ia kumpulkan uang sampai berjumlah sekian ribu dinar dalam setahun. Setelah uang terkumpul, ia pergi keluar rumah pada malam hari. Dilihatnya ada seorang wanita yang sedang tidur di pinggir jalan. "Wah, ini orang susah," begitu dalam benaknya. Dan sambil menutup wajahnya agar tidak diketahui, ia memberikan bungkusan uang itu dan mengambil seribu langkah supaya tidak diketahui.

Pada pagi harinya di kampung terjadi keributan, ada seorang pelacur mendapatkan bungkusan uang yang diberikan oleh orang yang tak dikenal. Maka orang itupun bergumam, "Subhanallah! Salah beri, aku kira dia wanita susah, ternyata pelacur." "Ya Rabb, setahun kukumpulkan uangku hanya untuk dapat pahala, ternyata uangku hanya untuk pelacur." Tak putus asa, dikumpulkannya lagi uang miliknya sampai sekian ribu dinar.

Kali ini ia tidak mau tertipu. Pada suatu malam kembali ia beraksi. Dilihatnya seorang laki-laki yang sedang duduk diam di suatu tempat yang gelap. "Ini pasti orang yang susah," gumamnya. Dilemparkannya bungkusan uang sedekah itu lalu bergegas lari.

Pada pagi harinya terdengar kabar yang menggemparkan. Si laki-laki yang dikenal sebagai pencuri mendapatkan sebungkus uang. Malam itu ia tengah menyusun strategi sendirian untuk mencuri. Nyatanya belum sempat melakukan aksinya, ia malah mendapatkan bungkusan uang dalam jumlah yang besar.

"Ya Rabb, dua tahun aku bekerja khusus untuk memberi nafkah orang yang susah dengan sembunyi-sembunyi. Tahun lalu yang mendapatkannya adalah seorang pelacur, sekarang yang dapat adalah seorang pencuri."

Namun ia tetap tak putus asa. Ia kumpulkan lagi uang sedekah sampai setahun berikutnya. "Ya Rabb, ini yang terakhir. Kalau sedekah ini masih saja tidak tertju kepada mustahiq, maka selesailah, Ya Rabb. Aku tidak mampu lagi."

Pada waktu yang telah direncanakannya, kembali ia melaksanakan niat baiknya untuk ketiga kalinya. Malam itu ia melihat seorang tua tengah tertatih-tatih. "Wah, orang tua ini pasti berhak atas sedekahku, malam-malam begini beliau berjalan dengan tongkat. Pasti beliau orang susah," katanya dalam hati. Dilemparkan uang itu seraya berkata, "Ini untukmu." Dan ia pun pergi dengan cepat sambil menutupi wajahnya.

Pagi harinya terjadi kegemparan seperti tahun-tahun sebelumnya. Orang tua renta yang dikenal paling kaya dan paling kikir di kampung itu mendapat uang 'kaget' semalam.

Mendengar kabar itu, si pelaku sedekah sembunyi-sembunyi ini berkata, "Ya Rabb, yang pertama pelacur. Yang kedua pencuri dan yang terakhir orang tua kaya namun kikir. Ya Rabb, apa arti perbuatanku ini?" Ia pun terdiam seraya mengikhlaskan apa yang telah dilakukannya.

Waktu terus berjalan, hingga 20 tahun kemudian Allah SWT membuka rahasia perbuatan orang tersebut, dengan tersampaikan kabar kepadanya tentang dua orang bersaudara yang menjadi ulama besar. Murid keduanya mencapai puluhan ribu orang dan si pelaku sedekah belasan tahun lalu termasuk orang yang mengaji dengan dua ulama adik kakak itu. Ternyata, dua ulama bersaudara itu adalah anak seorang pelacur yang dulu diberi sedekah secara sembunyi-sembunyi.

Ibu mereka melacur untuk menafkahi anak-anaknya. Ketika mendapat sedekah spontan, ia bertaubat dan harta sedekah tersebut dipakai untuk pendidikan kedua anaknya hingga menjadi alim dan menjadi ulama besar.

Air mata pelaku sedekah mengalir. Ternyata yang diberikannya puluhan tahun lallu, Allah berikan balasan pahala yang berlipat ganda dengan lahirnya dua ulama shalih bersaudara, yang diikuti oleh puluhan ribu orang yang belajar kepada mereka. Inilah balasan keikhlasan seseorang.

Tak lama kemudian, ia mendengar ada seorang wali yang shalih telah wafat. Jenazahnya diantar oleh ribuan orang. Namun siapa wali yang shalih itu? Ternyata waliyullah itu dulunya adalah pencuri yang mendapatkan sedekah sembunyi-sembunyi.

Dulu, ketika hendak mencuri ia berdoa kepada Allah, "Ya Rabb, beri aku keluhuran. Apabila aku mendapat rezeki malam ini aku akan bertaubat." Tatkala ada yang melemparinya bungkusan uang, ia segera bertaubat sesuai dengan janjinya. Ia memperbaiki diri dari segala kesalahan yang telah diperbuatnya, lantas ia beribadah dengan tekun, istiqomah dengan ucapan dan tindakannya, hingga Allah Ta'ala mengangkatnya menjadi orang yang shalih.

Si fulan yang bersedekah tersebut amat terharu dan ia berdoa, "Ya Rabb, tinggal yang ketiga, bagaimana dengan orang tua yang dulunya kaya dan paling kikir itu?" Ternyata ia mendengar kabar bahwa orang tua itu telah wafat. Sejak kejadian sedekah dadakan itu dan sebelum wafatnya, beliau pindah ke kampung lain dan berwasiat untuk memberikan selruh hartanya kepada baitul maal dan disalurkan kepada anak-anak yatim. Itu dilakukan oleh beliau setelah ia merasa malu dan merenung, bahwa dirinya yang kaya dan terkenal kikir masih ada yang mau untuk bersedekah kepadanya. Subhanallah...

Sumber:
Buletin Man Tazakka No.6 bulan Maret 2016,
diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Disqus Comments